News & Event

Dampak Mobil Listrik terhadap Lingkungan di Akhir 2024: Benarkah Lebih Hijau?

NEWS Jun 9th 2024, 12:00 am

Industri otomotif global terus mengalami transformasi besar-besaran dengan meningkatnya adopsi mobil listrik (EV). Banyak negara, termasuk Indonesia, telah menggalakkan penggunaan kendaraan listrik sebagai langkah menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan. MG Motor, sebagai salah satu produsen mobil listrik terkemuka, telah berkontribusi dalam menyediakan pilihan kendaraan listrik yang efisien dan berkelanjutan, seperti MG 4 EV dan New MG ZS EV.

Namun, dengan semakin banyaknya mobil listrik di jalan raya pada akhir 2024, muncul pertanyaan: Apakah dampak positifnya terhadap lingkungan sudah benar-benar terasa? Apakah mobil listrik benar-benar lebih hijau dibandingkan mobil berbahan bakar fosil?

Artikel ini akan membahas secara mendalam dampak mobil listrik terhadap lingkungan di akhir tahun 2024, meliputi pengurangan emisi karbon, konsumsi energi, dan tantangan dalam produksi baterai.

 

1. Pengurangan Emisi Karbon: Apakah Mobil Listrik Benar-Benar Lebih Bersih?

Salah satu alasan utama transisi ke mobil listrik adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil. Mobil konvensional yang menggunakan bensin atau diesel mengeluarkan karbon dioksida (CO₂), nitrogen oksida (NOx), dan partikel halus (PM2.5) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan polusi udara.

a. Perbandingan Emisi: Mobil Listrik vs. Mobil Konvensional

Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), mobil listrik memiliki emisi karbon 50-70% lebih rendah dibandingkan mobil berbahan bakar bensin selama masa penggunaannya.

Jika kita melihat dari aspek emisi selama operasional, berikut adalah perbandingan antara mobil listrik dan mobil bensin:

Dari tabel di atas, jelas bahwa mobil listrik tidak menghasilkan emisi langsung selama penggunaannya, berbeda dengan kendaraan berbahan bakar fosil yang terus-menerus mengeluarkan polutan ke atmosfer.

Namun, ada satu aspek penting yang sering diperdebatkan, yaitu sumber listrik yang digunakan untuk mengisi daya mobil listrik. Jika listrik masih banyak berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, maka pengurangan emisi dari mobil listrik mungkin tidak sebesar yang diharapkan.

b. Dampak Energi Listrik pada Emisi Mobil Listrik

Di Indonesia, sekitar 60% listrik masih dihasilkan dari batu bara. Namun, dengan semakin banyaknya investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, proporsi listrik hijau diharapkan terus meningkat.

Bahkan dengan listrik dari batu bara, mobil listrik masih lebih efisien dalam penggunaan energi dibandingkan mobil konvensional, karena mesin listrik memiliki efisiensi konversi energi sekitar 80%, dibandingkan dengan mesin pembakaran internal yang hanya mencapai 30-40%.

Kesimpulan: Mobil listrik memang lebih ramah lingkungan, tetapi dampak emisi keseluruhannya masih bergantung pada sumber listrik yang digunakan untuk mengisi daya.

 

2. Dampak Produksi Baterai: Apakah Benar-benar Ramah Lingkungan?

Salah satu tantangan utama dalam industri mobil listrik adalah produksi baterai lithium-ion, yang memerlukan ekstraksi sumber daya alam seperti lithium, nikel, dan kobalt.

a. Dampak Lingkungan dari Tambang Baterai

  • Penambangan lithium memerlukan penggunaan air dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan degradasi lingkungan.
  • Ekstraksi nikel dan kobalt sering dikaitkan dengan deforestasi dan pencemaran air tanah di daerah pertambangan.
  • Namun, banyak produsen mobil listrik, termasuk MG Motor, telah mulai mencari solusi lebih ramah lingkungan, seperti:
  • Penggunaan baterai dengan komposisi material yang lebih ramah lingkungan, seperti LFP (Lithium Iron Phosphate) yang tidak menggunakan kobalt.
  • Program daur ulang baterai, untuk mengurangi kebutuhan ekstraksi bahan baru dan memanfaatkan kembali baterai bekas.

b. Keuntungan dalam Jangka Panjang

Meskipun produksi baterai awalnya memiliki dampak lingkungan, keuntungan jangka panjangnya tetap lebih besar dibandingkan mobil berbahan bakar fosil. Dalam 5-7 tahun penggunaan, emisi karbon yang dihasilkan dari pembuatan baterai mobil listrik akan terkompensasi oleh emisi yang lebih rendah selama operasionalnya.

Kesimpulan: Produksi baterai mobil listrik memang memiliki dampak lingkungan, tetapi pengembangannya semakin berkelanjutan dengan teknologi baru dan program daur ulang.

 

3. Pengurangan Polusi Udara dan Dampaknya pada Kesehatan

Selain mengurangi emisi karbon, mobil listrik juga berperan dalam menurunkan tingkat polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.

a. Pengurangan Polutan Udara

Kendaraan berbahan bakar fosil menghasilkan nitrogen dioksida (NO₂) dan partikel halus (PM2.5), yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan. Dengan semakin banyaknya mobil listrik di jalan raya, kualitas udara di beberapa kota mulai membaik.

Menurut data dari AirVisual, tingkat polusi di Jakarta mengalami sedikit penurunan pada akhir 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan listrik.

b. Dampak terhadap Kesehatan

  • Penurunan kasus asma dan penyakit pernapasan akibat berkurangnya emisi kendaraan.
  • Kualitas udara yang lebih baik meningkatkan harapan hidup di kota besar.

Kesimpulan: Mobil listrik berkontribusi dalam mengurangi polusi udara, yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat.

 

4. Tantangan Infrastruktur dan Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia

Meskipun mobil listrik memiliki banyak keuntungan, ada beberapa tantangan yang masih perlu diatasi:

  • Pengembangan infrastruktur pengisian daya (SPKLU) masih perlu diperluas agar semakin banyak pengguna mobil listrik yang merasa nyaman dalam berkendara jarak jauh.
  • Harga mobil listrik masih lebih mahal dibandingkan mobil bensin, meskipun insentif dari pemerintah terus meningkat.
  • Peningkatan penggunaan energi terbarukan harus dipercepat agar mobil listrik benar-benar bebas emisi.

Namun, dengan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah dan industri otomotif, adopsi mobil listrik di Indonesia terus meningkat, dan target emisi rendah semakin dapat dicapai.

 

Kesimpulan

Jawabannya adalah ya, tetapi dengan beberapa catatan.

  • Mobil listrik secara signifikan mengurangi emisi karbon selama operasionalnya dibandingkan mobil konvensional.
  • Penggunaan mobil listrik telah membantu menurunkan polusi udara di kota-kota besar, meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
  • Meskipun produksi baterai memiliki dampak lingkungan, teknologi daur ulang dan inovasi material mulai mengurangi efek negatifnya.

Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti pengembangan infrastruktur pengisian daya dan peningkatan energi hijau dalam sistem kelistrikan.

Jika Anda ingin menjadi bagian dari solusi lingkungan, pertimbangkan untuk beralih ke mobil listrik MG. Kunjungi MG Motor Indonesia untuk melihat pilihan kendaraan listrik terbaru dan ikut serta dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih hijau.

Baca Juga :

Peran Mobil Listrik MG dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Mobil Listrik MG dan Pengurangan Polusi Udara di Perkotaan

More News