Industri otomotif global terus mengalami transformasi besar-besaran dengan meningkatnya adopsi mobil listrik (EV). Banyak negara, termasuk Indonesia, telah menggalakkan penggunaan kendaraan listrik sebagai langkah menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan. MG Motor, sebagai salah satu produsen mobil listrik terkemuka, telah berkontribusi dalam menyediakan pilihan kendaraan listrik yang efisien dan berkelanjutan, seperti MG 4 EV dan New MG ZS EV.
Namun, dengan semakin banyaknya mobil listrik di jalan raya pada akhir 2024, muncul pertanyaan: Apakah dampak positifnya terhadap lingkungan sudah benar-benar terasa? Apakah mobil listrik benar-benar lebih hijau dibandingkan mobil berbahan bakar fosil?
Artikel ini akan membahas secara mendalam dampak mobil listrik terhadap lingkungan di akhir tahun 2024, meliputi pengurangan emisi karbon, konsumsi energi, dan tantangan dalam produksi baterai.
Salah satu alasan utama transisi ke mobil listrik adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil. Mobil konvensional yang menggunakan bensin atau diesel mengeluarkan karbon dioksida (CO₂), nitrogen oksida (NOx), dan partikel halus (PM2.5) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan polusi udara.
Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), mobil listrik memiliki emisi karbon 50-70% lebih rendah dibandingkan mobil berbahan bakar bensin selama masa penggunaannya.
Jika kita melihat dari aspek emisi selama operasional, berikut adalah perbandingan antara mobil listrik dan mobil bensin:
Dari tabel di atas, jelas bahwa mobil listrik tidak menghasilkan emisi langsung selama penggunaannya, berbeda dengan kendaraan berbahan bakar fosil yang terus-menerus mengeluarkan polutan ke atmosfer.
Namun, ada satu aspek penting yang sering diperdebatkan, yaitu sumber listrik yang digunakan untuk mengisi daya mobil listrik. Jika listrik masih banyak berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, maka pengurangan emisi dari mobil listrik mungkin tidak sebesar yang diharapkan.
Di Indonesia, sekitar 60% listrik masih dihasilkan dari batu bara. Namun, dengan semakin banyaknya investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, proporsi listrik hijau diharapkan terus meningkat.
Bahkan dengan listrik dari batu bara, mobil listrik masih lebih efisien dalam penggunaan energi dibandingkan mobil konvensional, karena mesin listrik memiliki efisiensi konversi energi sekitar 80%, dibandingkan dengan mesin pembakaran internal yang hanya mencapai 30-40%.
Kesimpulan: Mobil listrik memang lebih ramah lingkungan, tetapi dampak emisi keseluruhannya masih bergantung pada sumber listrik yang digunakan untuk mengisi daya.
Salah satu tantangan utama dalam industri mobil listrik adalah produksi baterai lithium-ion, yang memerlukan ekstraksi sumber daya alam seperti lithium, nikel, dan kobalt.
Meskipun produksi baterai awalnya memiliki dampak lingkungan, keuntungan jangka panjangnya tetap lebih besar dibandingkan mobil berbahan bakar fosil. Dalam 5-7 tahun penggunaan, emisi karbon yang dihasilkan dari pembuatan baterai mobil listrik akan terkompensasi oleh emisi yang lebih rendah selama operasionalnya.
Kesimpulan: Produksi baterai mobil listrik memang memiliki dampak lingkungan, tetapi pengembangannya semakin berkelanjutan dengan teknologi baru dan program daur ulang.
Selain mengurangi emisi karbon, mobil listrik juga berperan dalam menurunkan tingkat polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Kendaraan berbahan bakar fosil menghasilkan nitrogen dioksida (NO₂) dan partikel halus (PM2.5), yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan. Dengan semakin banyaknya mobil listrik di jalan raya, kualitas udara di beberapa kota mulai membaik.
Menurut data dari AirVisual, tingkat polusi di Jakarta mengalami sedikit penurunan pada akhir 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan listrik.
Kesimpulan: Mobil listrik berkontribusi dalam mengurangi polusi udara, yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat.
Meskipun mobil listrik memiliki banyak keuntungan, ada beberapa tantangan yang masih perlu diatasi:
Namun, dengan berbagai inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah dan industri otomotif, adopsi mobil listrik di Indonesia terus meningkat, dan target emisi rendah semakin dapat dicapai.
Jawabannya adalah ya, tetapi dengan beberapa catatan.
Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti pengembangan infrastruktur pengisian daya dan peningkatan energi hijau dalam sistem kelistrikan.
Jika Anda ingin menjadi bagian dari solusi lingkungan, pertimbangkan untuk beralih ke mobil listrik MG. Kunjungi MG Motor Indonesia untuk melihat pilihan kendaraan listrik terbaru dan ikut serta dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih hijau.
Baca Juga :